Incinews.net
Jumat, 28 Mei 2021, 09.48 WIB
Last Updated 2021-05-28T01:50:11Z
JakartaNTB

Kawasan Budidaya Lobster Terintegrasi dan SHRIMP ESTATE di SAMOTA Mulai Dibangun Tahun ini

Foto: Gubernur NTB Saat Temui Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) di Ruang Kerjanya di Jakarta.

MEDia insan cita, Jakarta: Maret Lalu Provinsi NTB telah  ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono sebagai pusat budidaya lobster nasional. Menindaklanjuti hal tersebut, Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah 'jemput bola' ke Jakarta untuk membahas hal-hal strategis maupun teknis dalam rangka mewujudkan NTB sebagai pusat budidaya lobster nasional.

"Pak Menteri menegaskan kembali komitmen menjadikan NTB sebagai pusat budidaya Lobster nasional. Kongritnya mulai tahun ini akan kawasan budidaya terintegrasi yaitu  LOBSTER ESTATE di Telong elong Lotim serta membangun SHRIMP ESTATE di  SAMOTA" jelas Bang Zul, sapaan akrab Gubernur NTB, Kamis (27/5/2021) di Jakarta. 

Bang Zul meyakini rencana pengembangan NTB sebagai pusat budidaya lobster nasional akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kemudian kendala-kendala yang dihadapi pemda dan pembudidaya lobster selama ini juga bisa tersolusikan.

"Dengan membangun lobster estate, para nelayan dan pembudidaya akan didampingi oleh pemerintah. Ada intervensi teknologi pembudidayaan. 
Lebih jauh nantinya akan ada sistem pemantauan harga, sehingga harga lobster lebih transparan dan stabil.
Melalui program ini proses produksi dan pemasaran akan terintegrasi, sehingga tingkat produktivitas dan kesejahteraan masyarakat ikut meningkat" ungkap Doktor Ekonomi Industri tersebut. 

Sementara itu, Menteri KKP menjelaskan alasan kuat mengapa NTB dijadikan pusat budidaya lobster di Indonesia." Kenapa kita kembangkan di sana? Yang pertama NTB secara infrastruktur dan sumber daya manusia sudah memenuhi syarat, tinggal kita perkuat," ujar Menteri Trenggono 

Menteri Trenggono menegaskan, pelaksanaan program pengembangan harus sesuai dengan prinsip ekonomi biru, sehingga produktivitas tambak-tambak budidaya lobster tidak mengancam kelestarian laut Lombok yang indah dan bersih. 

"Di samping itu, program pengembangan harus membawa berkah bagi masyarakat, baik dari sisi ekonomi maupun sosial" tambah Menteri Trenggono. 

Sepanjang tahun lalu berdasarkan data Pemprov NTB, produktivitas budidaya di kampung lobster Lombok Timur mencapai 82.568 kilogram atau setara Rp41,28 miliar. 

Sedangkan jumlah pembudidaya sekitar 147 kelompok dengan total keramba jaring apung lebih dari 8.400 lubang.

Selain soal budidaya lobster, dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang rencana pengembangan budidaya udang dan rumput laut. Ada beberapa kawasan di NTB yang dinilai sangat cocok untuk mengembangkan budidaya dua komoditas tersebut. (Red/O'im)