Incinews.net
Kamis, 19 Juni 2025, 22.43 WIB
Last Updated 2025-06-19T14:43:17Z
Dinas KesehatanHeadlineKesehatanPemda Bima 2025

Sifilis Ancam Kesehatan Warga Bima, 16 Kasus Terdeteksi, Nasional Tembus 23 Ribu




Bima, Incinews,Net- Wabah sifilis atau raja singa mulai menunjukkan ancamannya di Kabupaten Bima. Hingga pertengahan Juni 2025, sebanyak 16 warga terdeteksi positif sifilis, dengan dominasi kasus ditemukan di Kecamatan Woha, pusat administratif kabupaten.


Kondisi ini bukan sekadar angka statistik. Di balik jumlah tersebut, tersembunyi potensi penularan yang masif dan konsekuensi medis yang mengerikan—mulai dari kerusakan organ tubuh, kecacatan bayi, hingga kematian jika tidak segera ditangani.


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, Alamsyah, membenarkan data tersebut. “Kasus sifilis sejak Januari sampai Juni 2025 sebanyak 16 orang. Paling banyak ditemukan di Woha,” ujarnya, Kamis (19/6/2025).


Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, dan termasuk dalam kategori infeksi menular seksual (IMS) yang berbahaya. Ironisnya, penyakit ini kerap datang tanpa gejala mencolok. Luka kecil yang tidak nyeri di sekitar alat kelamin atau mulut, ruam di tangan dan kaki, demam ringan, hingga rambut rontok, sering dianggap sepele—hingga terlambat mendapatkan penanganan medis.


Tidak hanya itu, ancaman sifilis juga menyasar bayi dalam kandungan. Infeksi dari ibu ke janin dapat menyebabkan kelahiran prematur, cacat bawaan, bahkan kematian saat lahir.


Secara nasional, Kementerian Kesehatan RI mencatat 23.347 kasus sifilis sepanjang tahun 2024. Lonjakan ini menjadi sinyal darurat bahwa Indonesia tengah menghadapi gelombang baru penyakit menular seksual yang bisa merusak kualitas generasi mendatang.


“Sifilis tidak mengenal usia, status, atau perilaku. Bahkan yang merasa tidak berisiko pun bisa terinfeksi. Karena itu, deteksi dini dan edukasi menjadi kunci,” tegas Alamsyah.


Menanggapi peningkatan kasus, Dikes Kabupaten Bima terus mengintensifkan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) melalui fasilitas layanan kesehatan, serta mendorong masyarakat untuk melakukan tes IMS secara berkala.


Dalam situasi ini, kesadaran menjadi senjata utama. Sifilis memang bisa diobati dengan antibiotik, namun keterlambatan diagnosis bisa membawa penderita pada kerusakan organ vital seperti jantung, otak, hingga sistem saraf.


Pemeriksaan dini bukan pilihan, tapi kebutuhan. Demi melindungi generasi yang akan datang, sudah saatnya masyarakat berhenti menganggap penyakit ini sebagai isu tabu, dan mulai menjadikannya sebagai ancaman nyata yang harus dihadapi bersama.