Mataram,Incinnews,net- – Rencana pembangunan Jembatan Lewa Mori yang akan menghubungkan Desa Panda, Kecamatan Palibelo dan Desa Sondosia, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, mulai Agustus 2026, kini menuai sorotan dari Pengurus Wilayah Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PW SEMMI) Nusa Tenggara Barat (NTB).
PW SEMMI NTB menilai proyek ini sangat strategis untuk memperkuat konektivitas dan pertumbuhan ekonomi masyarakat Bima. Namun, mereka menegaskan bahwa aspek keselamatan penerbangan harus menjadi perhatian utama, mengingat lokasi proyek berada tidak jauh dari Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima.
“Kami mendukung penuh pembangunan Jembatan Lewa Mori sebagai langkah kemajuan infrastruktur Bima. Tapi pemerintah harus memastikan tidak ada pelanggaran terhadap zona keselamatan penerbangan,” ujar Rizal, Ketua PW SEMMI NTB, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11/2025).
Menurut kajian internal SEMMI NTB, titik lokasi jembatan berada hanya 3,5–5 kilometer dari ujung landasan pacu bandara. Dengan perkiraan tinggi konstruksi mencapai 25–30 meter di atas permukaan laut (MSL), maka puncak struktur berpotensi menembus batas aman Obstacle Limitation Surface (OLS) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud).
“Jika melampaui batas OLS, jembatan wajib dilengkapi lampu halangan dan penanda visual sesuai standar ICAO. Pemerintah daerah juga perlu berkoordinasi langsung dengan AirNav Indonesia dan Dirjen Hubud Kemenhub sebelum proyek dimulai,” tegas Rizal.
PW SEMMI NTB merekomendasikan agar pemerintah daerah melakukan pemetaan geospasial secara rinci, sekaligus meminta rekomendasi teknis resmi dari Dirjen Perhubungan Udara sebagai syarat mutlak pembangunan.
“Keselamatan penerbangan tidak bisa dinegosiasikan. Jangan sampai proyek darat yang dibanggakan justru menimbulkan risiko di udara,” tambahnya.
Selain menyoroti aspek teknis, SEMMI NTB juga mendorong agar desain Jembatan Lewa Mori memperhatikan identitas budaya lokal dan potensi wisata daerah, sehingga jembatan tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga ikon kebanggaan baru masyarakat Bima.
“Kami ingin pembangunan ini menjadi simbol kemajuan yang aman, berdaya guna, dan berkarakter Bima,” tutup Rizal.

