Bima, Incinews ,Net- Setelah berbulan-bulan hidup dalam krisis air bersih, warga Desa Kalampa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima akhirnya mulai melihat harapan. Tanggal 16 Juni 2025 menjadi momentum penting ketika Pemerintah Daerah melalui Dinas PUPR melakukan langkah nyata dengan memulai pengecekan dan relokasi anggaran pengeboran ulang sumber air bersih.
Kondisi kritis yang dialami warga memaksa mereka selama ini mengandalkan bantuan droping air dari BPBD Kabupaten Bima dan Bank NTB. Setiap hari truk tangki harus masuk desa untuk memenuhi kebutuhan dasar, mencerminkan betapa krusialnya persoalan infrastruktur air di Kalampa.
Melihat kondisi tersebut, Kepala Desa Kalampa, Burhanuddin, bersama BPD dan tokoh masyarakat aktif melakukan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah. Salah satu tokoh penting yang mendorong langkah percepatan ini adalah Muhammad Hatta Ahmad atau yang akrab disapa Ayah Hatta. Pada 16 Juni, ia turun langsung bersama tim teknis dan memantau pengecekan awal lokasi pengeboran di depan SMPN 2 Woha.
“Air bersih bukan kemewahan, tapi hak dasar rakyat. Negara dan kita sebagai tokoh masyarakat punya kewajiban untuk memastikan mereka mendapatkannya,” tegas Ayah Hatta saat diwawancarai di lokasi.
Dorongan Ayah Hatta ini pun direspons positif oleh Bupati Bima yang langsung menginstruksikan relokasi anggaran sebesar Rp300 juta untuk pengeboran ulang, termasuk instalasi panel listrik dan perlengkapannya. Proyek ini diproyeksikan menjadi solusi jangka panjang atas krisis air yang telah melanda Kalampa.
Kepala Desa Kalampa menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada semua pihak, terutama kepada Ayah Hatta atas keberaniannya menyuarakan keresahan rakyat. “Kami sangat bersyukur, terutama kepada Pemerintah Daerah yang sigap menyambut aspirasi kami. Semoga pengeboran berjalan lancar dan aman,” ujar Burhanuddin.
Pantauan media pada 16 Juni kemarin memperlihatkan antusiasme warga dan semangat gotong royong dalam proses awal pengeboran. Ini bukan hanya soal membangun sumur, tetapi juga membangun harapan dan keadilan sosial.
“Ini contoh kecil, betapa pentingnya keterwakilan yang peduli dan berani bertindak. Di era reformasi ini, rakyat tidak boleh dibiarkan berteriak sendirian,” ujar Ayah Hatta.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa pelayanan dasar seperti air bersih bukan sekadar program pembangunan, tetapi wujud nyata kehadiran negara di tengah masyarakat.