Dompu, Incinews,Net- Jagung telah mengangkat ekonomi Dompu, namun kini mulai mengubur ekosistemnya. Di balik panen melimpah, ratusan hektare hutan lenyap dan banjir melanda. Kini, para ahli dan petani menyoroti sorgum sebagai penyelamat tersembunyi.
Data Dinas Pertanian menyebutkan, dari 70.130 hektare lahan jagung di Pulau Sumbawa, lebih dari 47 ribu hektare berada di Dompu—menjadikannya pusat jagung NTB. Namun perluasan masif ini menebas hutan lindung dan mengikis daya serap air tanah.
Akibatnya, awal 2024, banjir besar merendam Kecamatan Woja. 2.085 warga mengungsi, ratusan rumah tergenang.
"Jagung menguntungkan, tapi kita sedang membayar harga mahal—bencana ekologis dan krisis air," kata Risda Yunianti, mahasiswi Konservasi SDA UTS. Ia menyebut praktik pertanian intensif saat ini sebagai "membajak alam demi untung sesaat."
Sorgum: Kunci Masa Depan?
Di tengah kerusakan, sorotan kini mengarah pada sorgum—tanaman toleran kekeringan yang lebih ramah lingkungan. Kepala Dinas Pertanian Dompu, Muhammad Syahroni, menegaskan potensi sorgum belum tergali maksimal.
Petani senior Muhammad Ismail mengungkap sorgum pernah berhasil dibudidayakan di Kecamatan Kilo tahun 2017. “Hasilnya bagus, panen lebih banyak, biaya lebih kecil. Tapi programnya tidak dilanjutkan,” jelasnya.
Sorgum memiliki akar lebih dalam dibanding jagung, mampu mencegah erosi, dan cocok untuk iklim kering Dompu. Tak hanya sebagai pengganti, tapi sebagai solusi.
Arah Baru Pertanian Dompu
Kalangan akademisi mendesak adanya regulasi ketat soal pembukaan lahan, serta dukungan nyata untuk diversifikasi tanaman. Edukasi petani, insentif sorgum, dan kebijakan keberlanjutan menjadi kunci.
“Dompu bisa jadi contoh nasional pertanian hijau—kalau ada kemauan politik,” pungkas Risda.
Kini, pilihan ada di tangan pemerintah dan masyarakat: tetap bertaruh pada jagung dan menghadapi risiko bencana, atau beralih ke sorgum demi masa depan yang lebih hijau dan tangguh. (Team)