Bima, Incinews,Net- Tuduhan mengejutkan datang dari seorang wartawan terhadap Kepala Desa Parado Rato, Kecamatan Parado, Kabupaten Bima. M. Saleh, sang Kades, dituding melakukan penganiayaan dan bahkan mengancam akan membunuh wartawan tersebut saat mendatangi rumahnya untuk klarifikasi dana desa. Namun, Kades membantah keras semua tuduhan itu dan menyebutnya sebagai bentuk fitnah yang keji.
Tuduhan tersebut muncul setelah Syamsurizal, wartawan yang mengaku sebagai korban, melaporkan insiden itu ke pihak berwajib. Ia menyatakan bahwa dirinya mendapatkan perlakuan kasar saat mencoba meminta klarifikasi langsung kepada kepala desa mengenai pengelolaan Anggaran Dana Desa (ADD).
Namun, menurut M. Saleh, peristiwa yang terjadi pada Rabu sore, 11 Juni 2025, di kediamannya itu telah dipelintir dan tidak sesuai fakta. Kepada media ini, M. Saleh mengungkapkan kronologi yang sangat berbeda.
“Saya dan istri sedang tertidur. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar kamar, bahkan terdengar kursi dibanting. Lalu pintu kamar diketuk keras-keras, sambil teriak-teriak memanggil saya,” jelasnya saat dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp, Senin (16/6/2025).
Dalam kondisi panik dan hanya mengenakan sarung, ia keluar kamar dan mendapati seseorang sudah berada di dalam rumah tanpa izin. Ia pun merasa terusik, bukan sebagai kepala desa, melainkan sebagai kepala keluarga yang terganggu hak privasinya.
“Saya tegur keras karena saya merasa ada pelanggaran etika. Saya akui sempat memegang kerah bajunya, tapi tidak ada pencekikan, apalagi ancaman membunuh. Itu tuduhan kejam,” tambahnya.
Saleh menyebut tindakan itu tidak mencerminkan sikap seorang jurnalis profesional.
“Kalau mau klarifikasi, kan ada caranya. Datang dengan sopan, minta waktu. Jangan asal naik ke rumah orang, apalagi sampai gedor kamar tidur. Itu sudah seperti preman, bukan wartawan,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa selama menjabat sebagai Kades, dirinya selalu menjalin hubungan yang baik dengan media. Banyak wartawan datang dan dilayani dengan terbuka, bahkan untuk urusan kritis sekalipun.
“Kami terbuka kok. Wartawan yang datang baik-baik, kami layani. Tapi yang kemarin itu benar-benar tidak etis dan menyerang ruang pribadi saya dan keluarga.”
Saleh menyatakan bahwa sejumlah saksi melihat langsung kejadian itu dan siap memberikan kesaksian. Ia menyambut proses hukum yang sedang berjalan dan mengaku siap membuktikan dirinya tidak bersalah.
“Saya hormati proses hukum. Saya tidak akan lari. Tapi saya minta, jangan nodai profesi wartawan dengan tindakan yang tidak mencerminkan integritas,” tutupnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait perkembangan kasus tersebut. Namun, polemik ini telah menyulut perdebatan luas di tengah masyarakat tentang batas antara hak klarifikasi publik dan etika bertamu, terlebih ketika menyangkut ranah privat seorang pejabat.
Sementara itu, sejumlah kalangan mulai angkat bicara, meminta semua pihak , baik pemerintah desa, jurnalis, maupun aparat hukum—untuk bertindak secara profesional dan berpegang pada prinsip etika serta hukum yang berlaku. (Team)