Incinews.net
Sabtu, 05 Juli 2025, 12.45 WIB
Last Updated 2025-07-05T04:45:00Z
BudayaBupati BimaHari Jadi BimaHeadline

Tanpa Sambutan Bupati di HUT ke-385, Spirit Hari Jadi Kabupaten Bima Dinilai Hambar




Bima, Incinews,Net- Upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-385 Kabupaten Bima yang digelar dengan khidmat di halaman Kantor Bupati Bima, Jumat (5/7), meninggalkan tanda tanya besar: mengapa Bupati Bima, H. Ady Mahyudi, tak memberikan sambutan dalam momen bersejarah tersebut?


Dalam upacara yang dipimpin langsung Gubernur NTB, H. Lalu Muhammad Iqbal, publik hanya disuguhkan satu sambutan—yakni dari sang gubernur. Tidak ada sepatah kata pun dari orang nomor satu di Kabupaten Bima. Sebuah pemandangan yang janggal, sebab dalam tradisi HUT Kabupaten Bima, sambutan bupati selalu menjadi bagian penting, bahkan ditunggu-tunggu sebagai refleksi perjalanan daerah dan arah pembangunan ke depan.


“Kami kecewa,” kata Syarif, salah satu peserta upacara. “HUT Kabupaten bukan acara biasa. Ini momentum kepala daerah menyapa rakyatnya, menyampaikan capaian dan harapan. Tanpa itu, terasa hambar dan formalitas semata.”


Tidak adanya sambutan dari Bupati Ady Mahyudi memicu spekulasi di kalangan peserta dan publik. Apakah ada gangguan teknis? Apakah ada keputusan politik? Atau sekadar abai terhadap simbolisme kepemimpinan?


Yang pasti, hingga acara selesai, tidak ada klarifikasi dari pihak panitia maupun jajaran Pemerintah Kabupaten Bima. Bahkan, protokol Pemkab Bima tampak menghindar saat ditanya soal ini.




Sementara itu, rangkaian upacara tetap berjalan dengan pengibaran bendera, pembacaan sejarah singkat Kabupaten Bima, serta sambutan inspiratif dari Gubernur NTB yang menyoroti potensi dan masa depan Bima.


Namun, kosongnya podium untuk sambutan kepala daerah menciptakan kesan bahwa hari jadi ke-385 Kabupaten Bima berjalan tanpa ruh dari pemimpinnya sendiri.


“Simbol kepemimpinan itu bukan hanya hadir secara fisik, tapi juga menyuarakan hati dan arah daerah. Kalau diam pada hari sebesar ini, publik bisa menilai sendiri maknanya,” tegas Syarif.


Kini, publik menanti penjelasan resmi dari Pemkab Bima. Sebab di balik seremoni, ada hal yang lebih penting: komunikasi dan keterbukaan kepada rakyat. Jika bahkan dalam hari lahir daerah pun suara pemimpin tak terdengar, ke mana rakyat harus bertanya? (Team)