BIma, Incinews, net -Gelombang protes muncul dari kalangan petani di Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, setelah kedatangan tim survei dari Dinas Pertanian yang mengkaji implementasi Program Optimalisasi Lahan (Oplah) dengan jenis kegiatan Irigasi Pompa (IRPOM). Kunjungan yang dilakukan pada Senin (16/06) di wilayah Gugus Monta Selatan justru memicu amarah dan kekecewaan para petani.
Kisah ini dibagikan secara lugas dan lantang oleh Kisman, SH., MM, seorang tokoh masyarakat sekaligus pemerhati kebijakan pertanian di Bima, melalui akun Facebook pribadinya. Dalam narasinya, Kisman menyentil sikap tim survei yang dianggap “sok tahu” dan mendikte para petani soal rencana penanaman padi di bulan Juli—padahal lahan mereka saat ini masih produktif dengan tanaman jagung yang baru ditanam di awal musim kemarau.
“Jika kalian datang hanya untuk mendikte petani agar menanam padi dan menghancurkan tanaman jagung kami, maka kami tanya: apakah kalian siap mengganti kerugian kami? Kalau tidak, lebih baik pulang tanpa membuat gaduh,” tegas Kisman dalam unggahannya.
Menurut pengamatan di lapangan, hampir seluruh lahan pertanian di Monta Selatan sudah ditanami jagung sejak transisi dari musim hujan ke musim kemarau (MK I). Sementara pemerintah melalui tim teknis justru datang meminta petani mengubah rencana tanam ke komoditas padi, tanpa mempertimbangkan kondisi riil geografis dan ketersediaan air yang minim.
Kisman juga mengkritik keras metode kerja Dinas Pertanian yang terkesan tidak membaca laporan rutin dari para penyuluh lapangan (PPL), BPP, dan UPTD, yang seharusnya sudah menggambarkan jelas siklus tanam dan kondisi pertanian tiap desa.
“Ini bukan soal kalian tidak tahu, tapi tidak kerja. Kalau kerja, cukup bawa dokumen RIP Pertanian Daerah, perlihatkan kepada petani sejak sebelum masa tanam. Bukan mendadak datang ke lapangan dengan agenda memaksakan kehendak,” sindirnya.
Ia juga menyoroti ketimpangan infrastruktur irigasi di Kecamatan Monta, yang sejak dulu terbagi menjadi dua gugus wilayah: Monta Utara yang relatif memiliki sistem irigasi memadai, dan Monta Selatan yang hingga kini belum tersentuh sistem pengairan yang layak.
“Jangan pura-pura baru tahu. Sejak zaman rezim berganti, problem Monta Selatan itu satu: AIR. Tapi karena tidak ada kerja nyata, kalian datang seolah membuat program super penting. Padahal realitasnya tidak mendukung,” tegasnya lagi.
Kisman menutup kritiknya dengan peringatan keras. Ia menuntut pemerintah bersikap adil, konsisten terhadap dokumen perencanaan pembangunan pertanian, dan tidak menjadikan petani sebagai objek eksperimen kebijakan.
Catatan Redaksi: Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Dinas Pertanian Kabupaten Bima atas reaksi keras yang dilayangkan petani maupun klarifikasi dari tim survei yang terlibat.