Incinews.net
Rabu, 25 Oktober 2023, 21.25 WIB
Last Updated 2023-11-22T05:33:52Z
MataramNTBPemerintah

Gaduh Soal Pernyataan Teroris Terindikasi Bangun Pompes, Bakesbangpol NTB Beri Klarifikasi

Foto: Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Kesbangpol) Provinsi NTB Ruslan Abdul Gani.



INSAN CITA (inciNews.net) MATARAM -

Terkait pernyataan yang dinilai kontroversi, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Kesbangpol) Provinsi NTB Ruslan Abdul Gani mengklarifikasi ucapannya sendiri yang menyebut ada terduga teroris yang ditangkap di sana terindikasi menyebarkan paham radikalisme lewat pondok pesantren (ponpes). Klarifikasi itu disampaikan Ruslan setelah pernyataannya menuai protes dari beberapa kalangan.

"Itu maksudnya tidak lebih dari empat atau lima orang. Ya, ngapain mau buat sekolah kan," kata Ruslan, Rabu (25/10/2023).

Ruslan mengakui bahwa ada segelintir orang yang terpapar paham radikalisme. Namun bukan dari pesantren atau sekolah yang dibangun sendiri atau tanpa izin pemerintah oleh sekelompok orang itu.

"Karena ini ada segelintir orang kan. Itu yang dimaksudkan. Tidak semua, itu keliru. Segelintir orang," katanya.

Selama ini pihak pemerintah telah melakukan pembinaan dari Kementerian Agama dan Pemerintah NTB untuk turun melakukan pembinaan kepada semua masyarakat terkait bahaya paham radikalisme.

"Kami minta semua masyarakat masuk ke sekolah yang jelas. Jika ada sekolah itu segelintir orang ngapain buat sekolah. Masuklah ke sekolah yang terdekat. Banyak sekolah umum di NTB bisa dimasuki," ujarnya.

Ruslan pun mengeklaim jaringan terorisme masuk ke NTB murni karena ada segelintir orang terkontaminasi jaringan luar.

Sebelumnya, sebanyak enam terduga teroris ditangkap Densus 88 di tiga daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Para terduga teroris yang diamankan di wilayah Sumbawa Barat, Lombok Timur, dan Lombok Barat.

Pada pertanyaan sebelumnya, Ruslan mengatakan bahwa para terduga teroris di NTB terindikasi membuat pondok pesantren atau sekolah nonformal sendiri. Melalui pesantren atau sekolah ini, paham radikalisme disebar. Dia menegaskan pemerintah terus berupaya agar paham-paham seperti ini tak masuk sampai ke sekolah.

"Jangan sampai misalnya kelompok-kelompok ini nanti akan membuat pondok sendiri, terus sekolah di sana," ujarnya.

Pernyataan Ruslan itu lantas menuai kontroversi. Beberapa pihak menyebut Ruslan asal bicara dan terkesan menyalahkan pondok pesantren.