Incinews.net
Senin, 24 Agustus 2020, 19.06 WIB
Last Updated 2020-08-24T11:22:41Z
NTB

Demokrasi Dirampas Satpol PP di Depan Kantor Gubernur NTB

Foto: Terlihat salah satu Massa Aksi dikepung dan digeret oleh Sat Pol PP NTB di depan Pintu masuk Kantor Gubernur NTB. (O'im)

Mataram, incinews.net: Demokrasi bisa mati jika kemerdekaam berpendapat dihadang dan dibungkam. 

Kebebasan akademis merupakan bagian dari kebebasan berpendapat yang tidak seharusnya dilarang di alam demokrasi. Negara menjamin kebebasan berpendapat seperti sudah diatur di konstitusi.

Kebebasan, termasuk kebebasan berpendapat, merupakan sesuatu yang sakral dan menjadi hak setiap manusia. Ketika kemerdekaan berpikir dan berpendapat dibungkam, maka demokrasi bisa mati. 

Demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri Aliansi  Mahasiswa Peduli Palestina NTB di kantor gubernur NTB Senin (24/08/2020) siang tadi berujung pada sikap anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi NTB dengan melakukan Perbuatan yang tidak pantas yang harus diterima oleh massa Aksi.

Sejumlah massa aksi digeret dan dihajar oleh sejumlah oknum PolPP yang ditugaskan untuk mengawal berjalannya aksi. "Tindakan rekan-rekan Pol PP berlebihan, yang kami lakukan (mecopot Baliho) Itu hanya bentuk kekecewaan kami karena Gubernur tidak mau menemui massa aksi, padahal sejak hari jum'at kami sudah warning untuk bisa di temui tapi beliau acuh kepada tuntutan kami mahasiswa," kata salah satu massa aksi yang jadi korban Rozyadi saat dimintai keterangan media ini.

Pria yang akrab disapa Ojik ini tegaskan, Tindakan Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) NTB ini bukan karena benci tapi sebagai control pemerintah agar hati-hati bersikap apalgi itu berkaitan dengan Isu kemanusiaan di palestina

"Aksi pemukulan itu kami sangat sesalkan, aksi premanisme yang di kakukan memukuli satu orang rame-reme itu di tentang oleh rekan-rekan semua. Buka cuma saya yg di pukul, tapi rata-rat semua di hantam membabi buta sampai ada yang tersungkur padahal hanya melerai," bebernya. 

Tidak hanya itu, rupannya Satpol PP 
menghalang halangi tugas wartawan ketika hendak mengambil gambar.

Wartawan radarmandalika.id, Muh Arif malah dibentak, didorong dan alat rekamnya menggunakan Handphone itu ditepis. Anggota Satpol itu mengira dirinya direkam oleh wartawan Pemrov tersebut.

"Saya bilang saya dari wartawan Pemrov dan saya jelaskan tetap aja dia dorong, dia bentak bentak saya sambil berkata ngapain foto foto saya katanya," cerita Arif atas apa yang dialaminya itu.

Arif mengatakan kejadian itu terjadi saat ia sudah didalam gerbang halaman depan kantor gubernur. Ia sendiri fokus mengambil gambar video penyeretan salah satu masa aksi oleh anggota Satpol PP yang kemudian dibawa keluar.

Ditempat itu Arif tidak sendiri staf Humas Pemrov NTB, Edi dan juga Faisal yang merupakanwartawan radarlombok.co.id juga berada dilokasi. Namun ia sangat menyayangkan sikap oknum Satpol PP yang berbadan gemuk itu tiba tiba menghampirinya.

"Dia (Pol PP) datang dan bilang kenapa ambil muka saya, HP saya di tepis pake tangannya dan saya di dorong,  dia bilang kenapa ambil muka saya,  padahanl saya fokus ke yang di seret itu, ditarik tarik Banu saya," ceritanya.

Menurut Arif jika ingin mengamankan demonstrasi harusnya Pol PP fokus kepada massa aksi tanpa intervensi apalagi terkesan menghalang halangi kinerja jurnalistik. Beruntung Handphone nya tidak rusak namun ia merasa tubuhnya sakit karena didorong oleh oknum anggota tersebut.

"Saya pakai Id Card saya nunjukin Id card juga tadi. Saya keluarkan. Dia minta hapus foto foto saya," kata Arif.

"Hp saya nggak rusak cuman sakit aja tadi di dorong," ungkpanya.

Sementara itu Kasat Pol PP NTB, Tri Budi Prayitno yang dikonfirmasi terpisah mengaku belum mendapatkan informasi tersebut. Yiyit sapaannya mengaku mungkin anggotanya mengira dia salah satu dari massa aksi tersebut.

"Coba tanya temannya itu apakah dia pakai Id Card atau tidak," kata Yiyit.

Terkait aksi mendorong wartawan dan menarik narik baju saat mengambil gambar, menurut Yiyit sapaannya dalam masalah ini harus melihat dulu kondisinya seperti apa dilapangan.

Yiyit malah menceritakan kronologisnya dimana demonstrasi itu berlangsung setelah sebelumnya melakukan demonstrasi ke Dinas Perdagangan NTB yang menuntut Kadis Perdagangan dicopot dari jabatannya dan meminta agar NTB menghentikan ekspor kerajinan keranjang buah ke Israel.

"Mereka dikasih penjelasan terkait dengan ekpsor ke Israil lalu mereka demonstrasi ke kantor gubernur," jelasnya.

Terkait dengan demo itu seperti prosudur biasanya ketika ingin menyampaikan aspirasi harus perwakilan. Awalnya salah seorang Kabag yang akan menerima mereka namun menolak, begitu pun juga akan diterima oleh Karo Humas masa pun menolak. Mereka hanya mau ditemui oleh gubernur langsung.

"Negosiasi sedang berlangsung, seorang demo loncat gerbang masuk ke dalam lalu anggota berupa sehingga dikeluarkan yang loncat itu," katanya 

Tidak hanya itu Yiyit malah bercerita salah satu dari masa aksi melempari foto gubernur dan wakil gubernur dengan tomat sampai ada narasi tidak etis menyebut pribadi gubernur sendiri dan merobek baliho. 

"Saat itu petugas hentikan. Sehingga oknum itu diamanakan. Dari potongan video itu sedikit menyudukutkan Pol PP.

"Seperti itulah kondisinya dilapangan. Ndak bisa kita hitam putih kan (mana salah mana benar)," terangnya. 

Koran ini lalu memperlihatkan video kejadian itu yang berhasil direkam. Yiyit kemudian mengatakan nanti anggotanya akan bersilaturahmi ke rumah wartawan tersebut.

"Baik, nanti anggota saya silaturahmi ke rumahnya Arif," katanya.  

Terpisah, hingga berita ini dinaikan, Kasat Satpol PP NTB Tri Budi Prayitno di konfirmasi media ini belum memberikan jawaban. (red)