Incinews.net
Kamis, 20 Februari 2020, 16.11 WIB
Last Updated 2020-02-20T21:44:09Z
HeadlineHukumPendidikan

Saat Wapres RI Hengkang di Unram, Mahasiswa yang Mau Demo Duluan Dihabok Satpam

Foto: Saat Massa Aksi Diamankan Satpam Unram. (O'im)

Mataram, incinews.net: Usai Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Prof. Dr. (HC) KH. Ma’ruf Amin  hengkang di Universitas Mataram (Unram), rabu (19/2/ 2020) usai mengisi kuliah umum, puluhan mahasiswa yang tergabung di Aliansi Mahasiswa Peduli Transparansi (Mapetra) Universitas Mataram (Unram) menggelar aksi.

Aksi Mapetra Unram menuntut kejelasan kasus transparasi pemotongan bidikmisi dan pembangunan retail modern (Indomart) di Unram. "Tidak ada masalah mahasiswa melakukan aksi saat Wapres datang di Unram, karena kami bukan dalam rangka menolak kehadiran wapres. Kami ambil waktu hari ini Kebetulan momentum yang tepat karena semua petinggi Unram hadir di acara tersebut," ungkap Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Dwi Alan Ananami, (19/2/2020).

Namun, aksi mahasiswa tidak berjalan mulus, sejumlah massa aksi mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan kerena mengalami pemukulan oleh sejumlah satuan petugas keamanan kampus (Satpam). "Kami sangat kecewa dan mengecam atas sikap Satpam kampus, kami ini mahasiswa bukan penjahat ataupun calon teroris," kata bang afif sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi media ini, secara terpisah.

Sejumlah massa aksi sempat ditahan oleh aparat keamanan yang sedang berjaga-jaga. 

Namun, sambung Alan, Katanya kejadian tersebut sangat disesalkan, saat kami mulai diintimidasi lebih awal oleh aparat TNI dengan melakukan interogasi, dan mencurigai gerakan kami adalah gerakan menolak kehadiran Wapres. "Asataga, kami dikelilingi, dikerumuni oleh para aparat di depan audit setalah kami didorong untuk ketemu Pangdam. Namun kecurigaan mereka bisa kami bantah dan sanggah,"katanya.

Walau dipaksa untuk berhenti melakukan aksi unjuk rasa, Namun, massa aksi tetap melanjutkan, saat massa aksi menuju gedung Rektorat Unram untuk berorasi, namun tiba-tiba datang Satpam Unram menghadang ketika mereka sudah masuk ke gerbang. Kemudian kata Alam, Satpam unram melarangnya untuk menggelar aksi. "Tidak Boleh demo di sini," ujar alam, menirukan apa dikatakan satpam.

Sambung ia menjelaskan, saat itu, dari belakang dan depan bertambahlah pasukan Satpam untuk mendesak kami untuk mundur. Tapi kami juga bersikeras untuk tetap ingin masuk. Karena kami yakin bahwa menyampaikan pendapat tidak bertentangan dengan amanat konstitusi kita. "Namun, apalah daya. Masa kami sedikit dibandingkan pasukan satpam yang banyak dan beringas, tak ada senyuman dan bahkan sempat melontarkan kata "Sundal" ke teman saya Raihan Al Afif,"beber Alam.

Setelah kami di paksa untuk keluar, kami juga sempat melawan untuk menjelasakan maksud dan tujuan kami melakukan aksi, namun, pihaknya harus menelan pil pahit atas prilaku satpam yang sangat kasar dan tak berkemanusiaan. "Saya dan saudara saya Afif diperlakukan dengan cara kriminil. Dipukul, dicekik, dan dijambak rambut saya kemudian tubuh saya dicengkram oleh beberapa Satpam. Ah, saya berbahagia ternyata beginilah sikap dan respon mereka kepada mahasiswa,"kesalnya.

Sambung Alan, Secara fisik saya memang sempat merasa sakit. Namun itu tidak menjadi persoalan. Akan tetapi, sejujurnya kejadian ini telah mengiris hati kami, melukai harga diri kami, dan tentunya merusak nama baik Universitas Mataram. Kemudian para Satpam itu memaksa kami ke lobi rektorat. Kami difoto. Mendapat kehinaan lagi di sana karena saudara kami Annang ditampar mukanya, dibungkam mulutnya oleh dua Satpam. 

"Menangis hati saya melihat peristiwa tersebut. Hanya orang gila mungkin yang tak tergores kemanusiaannya melihat kejadian itu. Kolega-kolega kami pun datang. Dan memberikan dukungan semangat kepada kami yang teraniaya itu," sebut alan yang merupakan salah satu mahasiswa prodi sosiologi Unram.

Aksi Mahasiswa mendesak Rektor Unram untuk memberikan sanksi kepada oknum yang terlibat dalam pemotongan dana bidik misi. Diduga setiap mahasiswa seharusnya menerima beasiswa Rp 4,2 juta per semester. Namun faktanya mahasiswa tidak menerima sebesar angka tersebut. Justru yang ada satu orang mahasiswa menerima Rp 600 ribu per semesternya.

“Jadi yang kita minta itu soal kejelasan pemotongan beasiswa bidikmisi mahasiswa unram. Jadi miris sekali bagi penerima beasiswa hanya menerima Rp 600 ribu per satu semester,”  ujar sukirman, salah satu massa aksi.

Ia juga mempertanyakan keberadaan pembangunan Indomart Unram. Yang selama ini juga tiba-tiba ada di kampusnya, atau tidak pernah ada sosialisasi awal kepada para mahasiswa. “Kita kaget, juga mendesak birokrasi kampus untuk segera memberikan transparasi dan sosialisasi tentang rencana pembangunan retail modern (Indomart),” sesalnya.

Terlepas masalah bidikmisi dan indomart, ia meminta rektor untuk segera memberikan sanksi tegas kepada oknum yang terlibat dalam penggelapan dana KKN.

Sebagai informasi, sebelumnya masyarakat telah melaporkan dugaan pemotongan beasiswa bidik misi di Unram, NTB. Laporan itu disampaikan kepada Polres Mataram, belum lama ini.

Dari data yang himpun, penerima beasiswa bidikmisi sebanyak 1.565 orang mahasiswa. Namun yang bermasalah sekitar 95 orang. Laporan itu diterima ombudsman terkait adanya dugaan mal praktek tersebut. Dan memeriksa rekening penerima dan mengklarifikasi pihak bank, yaitu Bank BRI dan BTN.

Setelah usut demi usut keterangan dari pihak Polresta Mataram menindaklanjuti laporan tersebut. Hasil klarifikasi sejumlah pihak, penyalurannya sudah sesuai prosedur. Kenapa demikian, masalahnya hanya pada pergantian nama penerima, disebabkan beberapa alasan, diantaranya IPK penerima beasiswa bidikmisi turun dari standar dan tidak mengikuti kegiatan kampus. Karena itu, beasiswa beberapa mahasiswa dicabut. (Inc)