Incinews.net
Minggu, 03 November 2019, 18.58 WIB
Last Updated 2019-11-03T10:58:06Z
HeadlinePemerintah

Obat Paling Ampuh Proteksi Depresi dan Putus Asah Bagi Kalangan Keluarga


Mataram, Incinews.Net- Jika merasa ada masalah atau galau yang berlebih, maka hal itu tidak boleh dipendam sendirian sehingga menimbulkan depresi, bahkan dapat berujung sikap putus asa. Tetapi sebaiknya dikomunikasikan dengan keluarga terdekat atau orang-orang  yang dicintai.  Karena faktor yang paling  penting untuk mencegah depresi adalah proteksi atau upaya pencegahan sejak dini. Tentu edukasinya harus dimulai dalam lingkungan keluarga yaitu lingkungan keluarga yang harmonis. 

"Komunikasi dan  terbentuknya keluarga yang Samawa (Sakinah, mawaddah, warrahmah) adalah obat paling ampuh sebagai proteksi dari depresi atau putus asa", ungkap Wakil Gubernur NTB, Dr.Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah pada kegiatan inspiratif expo dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019 dengan tema "Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri"  di area car freeday Jalan Udayana, Mataram (Minggu 3/11-2019).

Menurut Wagub yang lebih akrab disapa Ummi Rohmi itu, Keluarga harmonis merupakan kunci utama dalam pembentukan karakter anak. Diharapkan anak-anak dapat menyampaikan keluh-kesahnya kepada ibu, ayah dan keluarga terdekatnya jika ada masalah, tegasnya.
"Hanya keluarga yang harmonis dapat membawa anak-anaknya menjadi orang hebat dan anak yang bisa menatap masa depannya," tutur Ummi Rohmi

Karena itu, wagub meminta kepada pihak RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB untuk terus memasifkan edukasi bagaimana menjadikan anak-anak NTB menjadi anak yang ceriah yang mampu menatap masa depannya dengan optimis. Tanpa putus asa yang berujung pada ganguan mental dan niat bunuh diri.
"Manfaatkan kemajuan teknologi informasi, dan semua media komunikasi seperti Medsos, facebook, IG, Website dan media arus utama lainnya  untuk menyebarluaskan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang upaya-upaya preventif untuk mencegah depresi atau gangguan kejiwaan. Sehingga lebih cepat dan menjangkau semua lapisan masyarakat", pinta Umi Rohmi.
Dengan demikian, masyarakat menjadi mengerti. Misalnya untuk mengatasi ODGJ, tidak langsung dipasung, tetapi diobati atau dirujuk ke RSJ Mutiara Sukma, ungkapnya.
Wagub juga mengungkapkan pentingnya peran posyandu keluarga dalam penanganan masalah gangguan jiwa. Oleh karena itu, ia memastikan bahwa masalah kesehatan jiwa pada program revitalisasi posyandu tersebut harus masuk. "Kita tidak mau ada lagi masyarakat yang dipasung karena masalah kesehatan jiwanya", pungkas Umi Rohmi.

Sementara itu, dr. I Putu Diatmika, M. Biomed.,Sp. Kj mengungkapkan banyak faktor yang dapat menyebabkan orang terkena gangguan mental dan depresi.
Dokter yang akrab disapa dr. Diat tersebut menuturkan, beberapa penyebab banyaknya keinginan bunuh diri di kalangan remaja dikarenakan beberapa sebab. Diantaranya, masalah kejiwaan seperti depresi, anxiety, bipolar dan lain-lain. Kemudian latar belakang keluarga broken home atau Komunikasi di keluarga yang tidak baik, watak atau karakter perfectionis anak, hingga video rekaman korban bunuh diri yang ditonton dapat menjadi pemicu keinginan bunuh diri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya, khususnya terhadap sejumlah kasus bunuh diri di Dompu pada awal tahun 2019 lalu, dr. Diat mengaku telah melakukan survey dan telah mewawancarai 260 orang siswa/siswi setingkat SMA/SMK. Dari hasil penelitiannya, ia menenukan 5 orang siswa memiliki ide bunuh diri, karena faktor-faktor tersebut diatas.
Menurutnya, ciri-ciri orang yang mulai terkena gangguan jiwa antara lain cemas, menarik diri dari pergaulan atau suka melamun, kurang bergairah, tidak fokus, cepat lelah dan sering berubah ubah serta perubahan lainnya.  

Sebelumnya, Direktur Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma (RSJMS) Provinsi NTB, Dr. Evy Kustini Somawijaya, MM menjelaskan, masalah kesehatan jiwa menjadi prioritas yang membutuhkan perhatian yang intensif. Mengingat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Provinsi NTB relatif tinggi. 

Berdasarkan Hasil riset kesehatan daerah, kata dr. Evy  diakuinya NTB masih tergolong daerah yang memiliki angka gangguan jiwa berat,  gangguan mental emosional dan depresi, sebesar 10 persen di tahun 2018. Angka itu lebih tinggi dibanding nasional yang hanya sebesar 7,0 persen, terangnya.

Upaya pencegahan, katanya lebih lanjut, maka pihak RSJ telah melakukan berbagai promosi klinik dan pelayanan kesehatan  jiwa. Termasuk digelar di Lombok Epicentrum Mall bertepatan dengan hari bhakti Ikatan Dokter Indonesia beberapa bulan lalu.
"Alhamdulillah kami mendapatkan juara pertama dengan tingkat partisipasi masyarakat paling banyak," jelasnya.

Tidak itu saja, upaya edukasi masyarakat dan para pelajar di kabupaten/kota di NTB, juga terus dilakukan pihaknya.  Antara lain melalui workshop tentang deteksi dini gangguan jiwa di tingkat SMA/SMK sederajat, lomba untuk Puskesmas teladan kesehatan jiwa dan beberapa kegiatan lain. Sehingga pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan jiwa semakin luas, pungkasnya. (Inc)