Incinews.net
Kamis, 19 November 2020, 07.36 WIB
Last Updated 2020-11-18T23:37:36Z
MataramNTB

DLHK Provinsi NTB Dorong Kampus dan Mahasiswa Ambil Bagian Wujudkan Zero Waste

Foto: Firmansyah selaku Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas LHK NTB

Mataramincinews.netSampah menjadi persoalan krusial di Indonesia khusus di Daerah NTB. Sejumlah upaya dilakukan pemerintah dan berbagai pihak guna mengurai masalah sampah ini. 

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB memiliki 5 konsep besar yang di fokuskan dalam program pengurangan Sampah (Zero Waste). 

Pertama merevitalisasi budaya gotong royong guna memperkuat komitmen bersama dalam melaksanakan tanggungjawab bersama wujudkan NTB 2023 bebas sampah. Hal ini karena gotong royong merupakan budaya yang identik dengan masyarakat di NTB, salah satunya yang pernah berjaya adalah melalui Jum'at Bersihnya.

Ke dua memilah serta mengolah dari sumbernya karena ini interpretasi dari konsep Sampahmu, Tanggungjawabmu,  ketiga Diversifikasi usaha Bank sampah yang awalnya hanya fokus ke jenis plastik tetapi diperluas cakupan usahanya ke jenis sampah organik dan jenis sampah lainnya; dan ke empat kita masifkan edukasi dan kampanye serta kegiatan litbang untuk mendukung program unggulan zero waste; ke lima melibatkan banyak pihak sebanyak mungkin, yang salah satunya adalah keterlibatan para kampus dan mahasiswa serta sekolah-sekolah.

"Dalam waktu dekat, kita fokuskan pada mahasiswa dulu karena dalam kesehariannya banyak bersentuhan dengan kemasyarakatan, potensi mahasiswa juga cukup besar.  Banyak kampus serta Universitas di Provinsi NTB  misalnya ada UNRAM, Muhammadiyah, Kampus UNU, kampus NW, ada UIN, kampus kesehatan, Kampus Pariwisata, Kampus UTS di Sumbawa, ada Yapis di Dompu, ada STKIP, STIE di Bima dan kampus lainya di NTB," kata Firmansyah selaku Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas LHK NTB, kepada media ini, Rabu (18/11/2020) kemarin. 

"Selanjutnya secara simultan juga kami akan mendorong pembinaan sampai ke tingkat SD, SMP, dan SMA, bahkan usia dini", ungkapnya.

Firman sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa dengan pelibatan kampus diharapkan nantinya bisa memperluas cakupan pembinaan kepada masyarakat. Sebagai langkah awalnya adalah dengan melakukan pembinaan ke sejumlah kampus, "entah nantinya dibuat dalam bentuk kerjasama secara formil, melalui surat atau dalam bentuk rapat-rapat koordinasi,"jelasnya.

Selain itu, sambung Firman, Kita juga akan memberikan pembinaan bagaimana cara mengolah dan memilah sampah, bagaimana cara memperlakukan sampah, termasuk menyampaikan konsep dan bentuknya pengelolaan sampah yang mudah, murah dan sederhana untuk diterapkan di tengah masyarakat

Kemudian, kata ia, kita dorong agar pihak kampus mau mendorong pengabdian mahasiswanya ke desa atau kelurahan, dengan proses KKN, PKL, penelitian, cukup satu desa sehingga Mahasiswa menjadi fokus melakukan pembinaan serta mengkampanyekan zero waste.

"Mereka juga mengajarkan bagaimana cara masyarakat memilah dan mengolah sampah. Seandainya kita gerakkan satu kali saja, akan ada sekian ribu orang bisa bergerak bersama, bisa dibayangkan berapa besar cakupan yang bisa kita lakukan, tentu jumlah anggaran yang dibutuhkan akan jauh lebih minimalis dibandingkan dari pemerintah yang harus turun ke seluruh desa. Jadi seperti itu rencana dari kami,"terangnya.

Dikatakan Firman, Salah satu alasannya mengapa mahasiswa diikut sertakan dalam mensukseskan program zero waste ini?, kami pikir adik-adik mahasiswa adalah calon generasi penerus bangsa yang tingkat intelektualnya sangat mampu diandalkan. di tengah idealismenya, konsep Zero Waste yang mudah, murah dan sederhana ini akan sesuai dengan permasalahan riil di tingkat lapangan, 

Untuk mempermudah keterlibatan masyarakat, pemerintah menawarkan kemudahan untuk meningkatkan pemahaman tentang program zero waste, Firman terangkan, Pertama dengan menawarkan untuk mau bergabung di media sosial (situs yang sudah kita siapkan) karena didalam itu sudah disiapkan berbagai macam petunjuk, SOP, pengetahuan pemahaman, tentang zero weste, terus yang ke dua menawarkan mereka menjadi bagian mengintegrasikan pembangunan di desa dengan program unggulan zero westa.

"Kampus yang sudah siap 
Kemarin secara langsung kami jumpa UNU, Hamzawadi NW, mahasiswa pertambangan Cordova di sumbawa, Barat, Universitas Muhammadiyah melalui pembekalan KKN, UNRAM di kota mataram. Untuk wilayah Dompu Bima masih belum membangun komunikasi, namun pergerakan kami sudah masuk dan berkomunikasi intensif dengan salah satu komunitas yaitu Jao Bima. "Insyaallah kami akan dorong melalui teman-teman di Dikbud untuk membantu mengkomunikasikan, menghimpun dan membangun kerjasama ini jelasnya.

Sejauh ini, peranan kampus tentang program zero waste masih belum belum maksimal, . "karena belum seluruh kampus kami ajak diskusi tentang Zero Waste, namun demikian dukungannya yang sudah berhubungan dengan kami itu sudah luar biasa bukan hanya mahasiswa tapi juga dosen-dosen dan pimpinannya sudah tertarik untuk mendukung program zero waste," ungkapnya.

Jumlah sampah sendiri di tahun 2020
kalau hitungan harian forensik kumpulan sampah di NTB ini sekitar 2600 ton, tingkat penanganannya mencapai 38, 22 % dan dengan tingkat pengurangannya sebesar 4,2%.

Besaran target yang diinginkan untuk pengurangan zero waste di 2020, disebutkanya Firman, untuk penanganan 40% Pengurangan kami targetnya 15%.  Diakuinya memang belum optimal. 

"Tetapi kami akan terus genjot dan mencoba mengidentifikasi pengelolaan sampah mandiri yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya: pengepul, Pengepul tidak pernah dilirik tidak pernah dibayangkan sebenarnya bahwa ternyata dia menjadi bagian dari pengurangan sampah," tutupnya.

Sebelumnya, Kampus Unram melalui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Mataram (WR III Unram) Prof. Dr. Ir. Enny Yuliani, M.Si melaunching program Unram Zero Waste dirangkai dengan acara Talk Show “Langkah Kecil Selamatkan Bumi dengan Gaya Hidup Zero Waste” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unram di Auditorium Yusuf Abu Bakar Unram.

Kegiatan ini digelar sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan para mahasiswa Unram kepada alam dan kebersihan di NTB. Program tersebut juga dimaksudkan untuk mengajak dan mengedukasi para mahasiswa agar dapat mengelola sampah dengan baik dan tepat.

Prof. Enny menerangkan, kegiatan tersebut juga untuk mendukung program unggulan NTB Zero Waste yang digalakkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB agar alam di NTB tetap asri dan lestari.

“Zero waste sebagai gaya hidup juga dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk para mahasiswa di NTB, khususnya Universitas Mataram,” tuturnya.

Menurutnya, program Unram Zero Waste bisa menjadi langkah positif agar mahasiswa terus bergerak dan memberikan contoh kepada masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah.

“Zero waste adalah gaya hidup, dan butuh proses untuk menjalaninya. Bukan tidak mungkin akan terwujud jika didukung kesadaran dalam melakukan pengelolaan. Sehingga kita dapat menjadikan Universitas Mataram sebagai percontohan kepada masyarakat,” paparnya.

Selain itu, Prof. Enny melihat bahwa sampah dapat menjadi sumber daya apabila dikelola dengan baik, bahkan sampah dapat menjadi bisnis yang menjanjikan. “Sampah akan memiliki nilai jika kita terus berinovasi, selain itu kita harus tetap semangat dan optimis bahwa ada tantangan terbesar yang kita hadapi bersama yaitu mengubah karakter akan pentingnya pengurangan sampah,” jelasnya.

Sementara itu, Mulyadi Gunawan, S. Hum yang juga tergabung dalam Satgas Zero Waste Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB mengapresiasi program Unram Zero Waste. Pasalnya berdasarkan data Dinas LHK Provinsi NTB, setiap warga NTB rata-rata menghasilkan 0.7 kg sampah per hari dan total sampah yang masuk ke TPA Kebon Kongok sebanyak 330 ton sampah/hari. Dengan adanya Unram Zero Waste, akan semakin menambah kesadaran masyarakat khususnya mahasiswa dalam mengurangi dan mengelola sampah.

“Sampah yang terbanyak bersumber dari Rumah Tangga, apabila pengelolaan sampah dari Rumah Tangga diolah dari rumah untuk dipisahkan sampah organik dan sampah anorganik sehingga sampah itu dapat menjadi sumber daya, maka sampah yang ke TPA Kebon Kongok dapat berkurang,” jelas laki-laki yang akrab disapa Gunawan itu.

Gunawan berharap agar sampah tidak hanya menjadi beban Pemerintah tetapi masyarakat juga turut mengambil peran dalam mengelola sampah. “Saat ini semua stakeholder bergerak terkait pengelolaan sampah, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi semua masyarakat juga berperan,” jelasnya. 

“Sampah mu tanggung jawab mu, sampah ku tanggung jawab ku,"tambahnya.

Pada kesempatan itu pula, Ketua World Clean Up Day, Lalu Husnul Wiraning Harja juga mengungkapkan bahwa kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah belum begitu baik. Pasalnya, banyak yang menilai sampah tidak memiliki nilai, padahal jika sampah dikelola dengan baik maka akan memiliki nilai jual yang beragam.

“Terlalu banyak sampah yang ada disekitar kita, adanya sampah karena perilaku hidup manusia yang sudah menjadi kebiasaan membuang sesuatu dengan sembarangan, apabila dikelola dengan baik, maka bisa dijadikan sumber daya,” ungkapnya.

Sementara itu, Diana Ayu salah satu mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unram mengaku sangat mendukung program Unram Zero Waste, sebagai bentuk pelecutan bagi mahasiswa agar dapat menjadi contoh masyarakat.

“Program ini sangat bagus sekali, apalagi ini bentuk gerakan mahasiswa untuk bergerak dalam mengelola sampah, jadi kita dapat jadi contoh untuk masyarakat nantinya, ” Ujar Diana.

Kegiatan Talkshow dan Launching ini dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai fakultas di Universitas Mataram, setelah kegiatan akan dilakukan Penukaran sampah dengan tumbler, sampah yang ditukar berupa sampah yang dapat didaur ulang seperti botol, plastik dan lain sebagainya. (Red-O'im)